Sukanto Tanoto memiliki pabrik kertas dan pulp terbesar di dunia; menanam 200 juta bibit setiap tahun.

Sukanto Tanoto, yang harus putus sekolah ketika dia masih muda, telah menghabiskan hampir 50 tahun membangun kelompok usaha RGE Group, sebuah grup internasional dengan aset 15 miliar dolar Amerika dan 50.000 karyawan. Kelompok usaha ini mempunyai pabrik kertas dan pulp terbesar dunia begitu juga perkebunan kelapa sawit dengan area setara satu setengah kali luas Singapura. Bagaimana taipan Indonesia ini, yang telah membangun kantor pusat bisnisnya di Singapura, memastikan keberlanjutan bisnisnya dengan mengintegrasikan konsep perlindungan lingkungan? Apa saran yang akan dia bagikan kepada generasi yang lebih muda yang ingin memulai sebuah bisnis?

Sukanto Tanoto yang berusia 65 tahun lahir di Indonesia dan merupakan anak tertua dari delapan bersaudara. Ayahnya meninggalkan Putian, Provinsi Fujian, ke Medan untuk mencari nafkah pada awalnya, dan membuka sebuah toko kecil menjual suku cadang dan bahan bakar.

Dia bersekolah di sebuah sekolah menengah Tiongkok lokal, tapi harus berhenti untuk bekerja mendukung keluarga pada saat dia berada di tahun ketiga sekolah menengah di usia 17 tahun, ketika ayahnya sakit karena terlalu lelah bekerja. Dengan toko kecil dan tiga karyawan, dia mulai menyuplai suku cadang mesin untuk perusahaan minyak.

Dengan kerja keras dan kapabilitasnya, dalam beberapa tahun, bisnis diperluas hingga mencakup distribusi generator dan peralatan elektronik untuk kilang minyak, serta perawatan perangkat elektromekanis, mesin, dan pipa gas. Pada tahun 1967, RGM (Raja Garuda Mas) didirikan untuk terlibat dalam kontrak proyek perminyakan.

Seorang multimiliuner pada usia 26 tahun

Selama krisis minyak global pada tahun 1972, sementara pasar global mengalami kepanikan dan kesulitan yang hebat, Sukanto Tanoto memperoleh "pundi pertama emasnya" dan menjadi seorang multimiliuner pada usia 26 tahun. Namun, dia tidak menjadi puas alih-alih melanjutkan untuk mengembangkan bisnis. Dia berpikir dan menganalisis bagaimana perusahaan dapat berlanjut beroperasi dan mendukung karyawan yang telah mengikutinya bertahun-tahun, jika perusahaan kehilangan klien petroleum besarnya suatu hari nanti.

Pada pertengahan 1970-an, Sukanto Tanoto membangun pabrik kayu lapis pertamanya dan menjadi pionir dalam bisnis kayu lapis. Pada waktu itu, banyak pengusaha hanya tertarik mengekspor kayu gelondongan karena mereka akan menerima hasil lebih cepat, sementara membangun pabrik untuk memproses kayu membutuhkan baik waktu maupun energi. Faktanya, hasil investasi tidak bisa langsung diketahui. Namun, kecerdasan bisnis Sukanto Tanoto memberinya keyakinan untuk melanjutkan investasi ini melawan keyakinan yang populer, dan dia sukses dalam menyelesaikan pembangunan pabrik jutaan dolar dengan 2.000 karyawan dalam 12 bulan. Pada tahun 1975, Presiden Indonesia waktu itu, Soeharto, secara pribadi memimpin tujuh menteri untuk meresmikan pembukaan pabrik barunya tersebut.

Tidak lama kemudian, pemerintah Indonesia secara besar-besaran mengubah kebijakannya terhadap industri hutan, dan industri menghentikan mengekspor kayu gelondongan. Sukanto Tanoto, yang memberikan nilai tambah kepada industri, diberi penghargaan sebagai “pengusaha yang membuat keajaiban".

Pada 1979, Sukanto Tanoto melihat prospek industri minyak sawit dan berinvestasi di dalamnya. Dari sebuah investasi yang kurang dari 300 hektar perkebunan, dia sukses memperluas bisnis dan investasi minyak sawit. Sekarang, RGE mengelola 160.000 hektar perkebunan kelapa sawit, di luar 60.000 hektar yang dibangun dalam kerja sama dengan petani PLASMA lokal.

Sukanto Tanoto adalah seorang pionir industri yang berani dan seorang visioner yang berpandangan jauh ke depan. Pada 1983, RGM telah memiliki aset mendekati 100 juta dolar Amerika, yang memperkuat determinasinya untuk mempercepat pembangunan bisnis. Berdasarkan strateginya untuk menumbuhkan bisnis menjadi lebih kuat, lebih besar, dan lebih dalam, serta untuk mengintegrasikan sumber daya dengan efisien, dia memilih untuk membangun sebuah kota kecil bernama Kerinci di Provinsi Riau. Kurang dari 10 tahun, Asia Pacific Resources International Holdings Limited (APRIL) – sebuah bisnis inti dalam RGE Group – membangun pabrik kertas dan pulp terbesar dunia di Kerinci. Kini, manufaktur APRIL menghasilkan 2,8 juta pulp dan 820.000 ton kertas setiap tahun, yang dijual ke lebih dari 70 negara dan wilayah.

Sukanto Tanoto mempunyai empat anak dan dia sangat memperhatikan pembangunan karakter mereka. Dia bahkan berinisiatif untuk mengirim putri keduanya untuk kerja volunter di Kamboja. Dia berkata, "Anak-anak sekarang hidup dalam kondisi yang sangat baik. Saya ingin dia tahu bahwa ada banyak orang di dunia yang kekurangan makanan. Ada banyak orang yang perlu dibantu."

Bertahun-tahun lalu, dia menugaskan putra bungsunya, Anderson Tanoto, untuk menetap secara permanen di Kerinci untuk memimpin bisnis di sana. Dia ingin Anderson membangun fondasi bisnis yang kuat dalam keterampilan bisnisnya, mempunyai pemahaman yang solid dari semua aspek operasi bisnis, serta membangun sebuah ikatan yang kuat dengan para karyawan. Dia berharap untuk membangun semangat dan mental kerja keras Anderson dalam menyelesaikan sesuatu sebelum dia menyanggupi peran bisnis lain.

Tetap tenang di tengah-tengah krisis finansial
Pada 1992, dalam tiga tahun, Sukanto Tanoto memperoleh keuntungan yang cukup besar, yakni 200 juta dolar Amerika dari investasi pertamanya sebesar 1 miliar dolar Amerika. Dia penuh percaya diri terhadap prospek bisnis masa depan.

Dia memutuskan untuk memperluas bisnis dengan menginvestasikan 2 miliar dolar Amerika untuk meningkatkan hasil produksi pulp tahunannya dari 700.000 ton menjadi 2 juta ton.

Pada 1996, APRIL didaftarkan di Bursa Efek New York, dan meningkatkan dana 700 juta dolar Amerika. Grup ini pun menerima pinjaman dari sebuah bank sebesar 1,3 miliar dolar Amerika. Di tengah peluncuran rencana ekspansi tahap pertama, sebuah krisis keuangan Asia yang tidak diharapkan pun terjadi. Indonesia dan Thailand sangat dipengaruhi oleh krisis ini. Rupiah Indonesia mengalami devaluasi dalam semalam, dan lembaga-lembaga keuangan global juga terpengaruh. Selanjutnya, perusahaan tidak bisa menerima dana yang dijanjikan dalam catatan kredit. Hal tersebut menyebabkan APRIL mengalami krisis keuangan karena kelompok usaha ini menghadapi kesulitan arus kas dalam proyek perluasan. Mesin-mesin baru tidak dikirim, sedangkan mesin yang tiba tidak dapat dipasang. Ahli-ahli asing pun meninggalkan grup, dan kelompok usaha ini sampai pada satu titik di mana mereka bahkan tidak mampu mempekerjakan pekerja biasa. Harga saham perusahaan jatuh dari 6 dolar Amerika menjadi 10 sen dolar Amerika. Semua indikasi mengisyaratkan bahwa grup ini sulit untuk bertahan.

Sebenarnya, utang APRIL tidaklah tinggi. Diperkirakan 1,4 miliar dollar Amerika, sementara utang banyak perusahaan besar Indonesia lebih dari puluhan miliar dolar pada waktu itu. Dalam menghadapi tekanan dari semua aspek, Sukanto Tanoto tidak yakin akan masa depan, tapi dia tetap tenang dalam menghadapi tantangan-tantangan ini.

"Salah satu prinsip bisnis saya adalah bahwa saya akan melunasi semua utang saya karena kredibilitas sangat penting. Keputusan pertama saya adalah menjual pabrik di Changshu, Tiongkok untuk memperoleh uang tunai, yang merupakan sebuah keputusan yang sulit dan menyakitkan. Saya menggunakan uang tunai untuk membangun pabrik di Kerinci sehingga begitu pabrik mulai berproduksi, akan ada hasil untuk membayar utang."

Aset Saat Ini Mencapai 15 Miliar Dolar Amerika
Mengingat masa-masa sulit pada tahun-tahun lalu, Sukanto Tanoto mengatakan, "Operasi produksi kami mengandalkan pembiayaan bank. Setelah bank menahan keuangan, hal itu akan menyebabkan masalah arus kas kami, dan kami akan sulit membayar pinjaman kami. Pada beberapa kasus, perusahaan dan bank berada pada perahu yang sama. Begitu perahu tenggelam, setiap orang akan terkena imbasnya. Untungnya, beberapa bank dapat menganalisis dengan benar di tengah-tengah krisis ini dan kami melalui kesulitan ini bersama-sama."

Krisis telah bersama Sukanto Tanoto dalam 50 tahun bisnisnya. Baginya, dia merasa bahwa ketika ada unsur bahaya dalam krisis, berarti ada kesempatan yang telah menanti.

Antara tahun 2002 dan 2003, dia akhirnya keluar dari kesulitan keuangan. Setelah krisis finansial, dia membangun sebuah pemahaman yang mendalam bahwa seseorang seharusnya tidak meletakkan seluruh investasinya pada keranjang yang sama, tapi seharusnya didiversifikasikan. Kini, RGE dengan kantor pusat di Singapura, telah membangun sebuah grup global dengan aset senilai 15 miliar dolar Amerika dan 50.000 karyawan. Produk-produknya mencapai Indonesia, Tiongkok, Brazil, Malaysia, dan Filipina, serta jaringan penjualannya meliputi empat benua. Bisnis-bisnis tersebut beroperasi dalam empat area: industri kertas dan pulp (Asia Pacific Resources International Holding Ltd. dan Asia Symbol), industri minyak sawit (Asian Agri dan Apical), serat selulosa khusus (Sateri), dan pembangunan energi (Pacific Oil & Gas).

Menggunakan Limbah untuk Menghasilkan dan Menyediakan Listrik bagi staf Kerinci secara gratis
Investasi di industri pulp dan kertas serta di perkebunan adalah seperti jalur sungai yang panjang. Begitu Anda melompat ke sungai, Anda harus berjuang keras untuk tetap berada di hulu. Tanpa dana, sumber daya, dan tenaga kerja yang cukup, semua usaha sebelumnya akan sia-sia. Sukanto Tanoto sangat percaya bahwa investasi jangka panjang ini merupakan sebuah bisnis berkelanjutan karena menggunakan sumber daya alam terbarukan.

APRIL telah sukses membangun sebuah kerajaan kertas dan pulp di Indonesia, dan memandang sumber daya hutan sebagai suatu hal yang harus dilindungi dan dijaga keberlanjutannya dengan menanam 200 juta bibit setiap tahun.

"Saya selalu percaya bahwa perlindungan lingkungan seharusnya tidak menjadi beban bagi perusahaan, tapi justru menjadi sebuah sumber daya yang kaya bagi perusahaan sepanjang hal itu dilakukan dengan perilaku yang baik dan komprehensif. Saya akan mengeluarkan uang untuk proteksi lingkungan, serta melakukan riset dan mengkajinya," kata Sukanto Tanoto.

Untuk membuat bisnisnya berkelanjutan, Sukanto Tanoto merangkul pendekatan bisnis 3C: beroperasi dengan cara yang baik bagi masyarakat (community), baik untuk negara (country) dan baik bagi perusahaan (company). Hanya dengan demikian maka bisnis bisa tetap berkelanjutan dan menguntungkan untuk jangka panjang.

Di Kerinci, APRIL menghasilkan listrik melalui produksi limbahnya dan menyuplai ribuan penduduk secara gratis. Perusahaan juga menyediakan air bersih untuk penduduk, membantu dan mendukung petani lokal untuk memulai bisnis SME mereka sendiri serta memperoleh pinjaman bank, dan mengajar mereka bagaimana menjalankan serta mengelola bisnis mereka. Sebuah rantai industri yang berjalinan dengan masyarakat lokal secara bertahap dikembangkan.

Setiap kelompok bisnis di bawah RGE menggabungkan konsep "tanggung jawab sosial perusahaan" dalam operasi dan manajemen masing-masing, mengambil langkah-langkah yang bertanggung jawab dalam pengembangan lingkungan dan masyarakat untuk memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan.

Pada tahun 1981, Keluarga Tanoto mendirikan Tanoto Foundation yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan melalui inisiatif pendidikan, pemberdayaan, dan peningkatan.

T&J dengan Sukanto Tanoto
T: Apa faktor utama yang membuka jalan untuk kesuksesan Anda hari ini?
J: Hanya ada dua faktor utama yang mengarah pada kesuksesan dalam karier seseorang, satu adalah ketekunan dan yang lainnya adalah keberuntungan. Dalam sebagian besar waktu, usaha manusia memainkan peran yang menentukan antara keberhasilan dan kegagalan. Saya memberi contoh bagi orang lain, dan saya percaya untuk tetap apa adanya. Lebih penting lagi, saya selalu rajin dan hemat, bekerja keras dalam bisnis saya. Saya percaya pada kerja keras untuk mencapai sesuatu. Karena keberuntungan melibatkan waktu yang tepat, lingkungan yang kondusif, dan faktor manusia. Tiga faktor ini harus datang bersamaan, barulah keberuntungan terjadi.

T: Siapa orang yang paling memengaruhi Anda? Siapa yang paling Anda kagumi?
J: Dua orang yang merupakan pendiri dari dua negara yang terasa dekat di hati saya; mereka adalah orang besar di zamannya. Salah satunya adalah Ketua Mao Tse-tung yang merupakan pendiri Tiongkok (Great China); yang lain adalah mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew yang telah membangun Singapura. Ketua Mao mendirikan Tiongkok di tengah-tengah lingkungan yang sangat sulit dan dia merupakan pendiri dan revolusioner yang ambisius. Mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew berhasil mempertahankan dan mengembangkan Singapura dalam lingkungan yang kompleks. Dia adalah pengusaha yang bijaksana dan penjaga keamanan.

T: Apa pengorbanan terbesar dalam perjalanan kewirausahaan Anda?
J: Saya ingin menjadi dokter ketika saya muda, tapi harus berhenti sekolah untuk bekerja dan mendukung keluarga saya pada usia 17 tahun. Saya tidak mempunyai kesempatan untuk menerima pendidikan yang pantas begitu saya mulai bekerja. Setelah membangun sebuah bisnis yang sukses, saya berhasil mengirim adik laki-laki saya ke Singapura untuk menerima pendidikan terbaik. Seperti pepatah lama, tidak ada akhir untuk belajar dan pengetahuan tidaklah terbatas, meskipun saya tidak bisa menyelesaikan pendidikan saya di sekolah, saya sangat suka membaca sejak saya masih muda. Saya melanjutkan membaca berbagai jenis buku hingga hari ini; saya membaca novel, biografi selebriti dan orang-orang kaya. Pada tahun-tahun terakhir ini, saya lebih menyukai mempelajari peradaban kuno dan membaca buku-buku yang berkaitan dengan filosofi, sejarah, sastra, dan sebagainya. Saya berharap untuk memperoleh lebih banyak pengetahuan melalui buku, karena saya tidak memiliki akses selama tahun-tahun sekolah saya, begitu juga untuk memahami lebih banyak mengenai kebudayaan Tionghoa. Saya pun mengikuti berbagai kursus di sekolah-sekolah bisnis terkenal di dunia selama tiga minggu setiap tahun, dan mengambil kursus singkat di berbagai universitas terkenal di seluruh dunia. Hal ini dapat membantu menebus pengorbanan saya akibat berhenti sekolah ketika saya masih sangat muda untuk mendukung keluarga saya.

T: Apa saran yang akan Anda berikan kepada para pengusaha muda?
J: Saya akan mengatakan kepada mereka untuk memilih industri yang paling cocok bagi mereka, dan mereka seharusnya memiliki ketertarikan, memahami industri tersebut, dan menempa diri agar terus maju. Berpikir, bertindak, dan belajar secara terus-menerus: bertindak setelah berpikir, belajar dari kesalahan, kemudian berpikir, bertindak, dan belajar semuanya lagi.

Mulai dari yang kecil di awal. Meskipun hal-hal paling sulit selalu di awal, ambillah langkah pertama. Jadilah praktis, realistis, dan cukup rendah hati untuk belajar dari orang lain. Bila Anda telah membuat 1 juta dolar pertama, Anda harus membuat rencana untuk membuatnya menjadi sepuluh kali lipat, bahkan seratus kali lipat. Prioritas dan strategi bervariasi selama berbagai tahap pengembangan bisnis. Anda harus menyesuaikan dan mengubah pada saat yang tepat. Perjalanan kewirausahaan tidak akan selalu menjadi satu hal yang halus dan mudah; mungkin ada pasang surut dan mengambil risiko tidak bisa dihindari. Tetap tenang, berpikir komprehensif, analisis asal dan akar penyebab dari risiko, berusaha untuk mengontrol dan menyelesaikannya. Anda tidak sabar untuk bertindak hanya ketika semuanya siap; merebut kesempatan dan mengambil risiko secara terukur; jika tidak, Anda mungkin akan melepaskan satu-satunya kesempatan.

Diterjemahkan dari artikel yang dipublikasikan pada联合早报
Baca artikel asli dalam bahasa Tionghoa

Sukanto Tanoto Website

Sukanto Tanoto is a visionary entrepreneur and philanthropist. He is the Founder and Chairman of Royal Golden Eagle (RGE), which manages a global group of companies in resources manufacturing. Tanoto is also the co-founder of Tanoto Foundation, a philanthropy that aims to improve lives by alleviating poverty.